SEJARAH LENGKAP DAERAH CEPU
Cepu adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Blora,
Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Kecamatan ini terletak di perbatasan dengan
provinsi Jawa Timur, dan dilewati jalan yang menghubungkan Surabaya – Purwodadi
– Semarang.
Dari data tahun 1992
tentang struktur geografis Cepu, Cepu merupakan kecamatan dari kabupaten daerah
tingkat II Blora yang terletak diujung paling timur dari propinsi Jawa Tengah
dengan luas wilayah 49.15 km2 terdiri dari 6 kelurahan dan 11 desa, dan
penduduk Cepu menurut data pada bulan April tahun 1992, penduduk Cepu
berjumlah 70.000 jiwa dan mungkin pada tahun 2009 perkembangannya jauh lebih
pesat. Hal ini ditunjukkan oleh struktur tatanan kota dan perekonomiannya.
Penduduk Cepu sebagian
besar bermata pencaharian sebagai petani sedangkan sisanya sebagai wiraswasta,
Pegawai Negeri, karyawan BUMN, dan peserta Pusdiklat Migas yang datang dari
Sabang sampai Merauke.
Kegiatan perekonomian
Cepu lebih maju dibandingkan dengan kecamatan-kecamatan lainnya di wilayah daerah
tingkat II Blora, dan untuk menunjang perekonomian di Cepu telah beroperasi
beberapa bank yaitu : BRI, DANAMON, BNI, BANK MANDIRI, BPD dan lain-lain.
Kegiatan perekonomian
Cepu juga tidak lepas dari pengaruh instansi atau perusahaan Minyak dan Gas Bumi
yang merupakan ciri dari kota Cepu sebagai kota minyak.Contoh instansi dan
perusahaan tersebut adalah PUSDIKLAT MIGAS, PERTAMINA UEP III Lap Cepu,
PERTAMINA UPPDN IV Depot Cepu, Mobile Cepu Limited, TELKOM, PERHUTANI, dan
masih banyak lagi termasuk industri kecil lainnya seperti kerajinan kayu jati
dan lain-lain, karena sebelum adanya instansi atau perusahaan minyak dan gas
bumi pengusaha kayu jati lebih dahulu berkembang di daerah Cepu.
Sejarah Cepu
Mengapa bernama Cepu?
Cerita rakyat yang melegenda, mengisahkan asal usul nama Cepu bermula dari
peristiwa peperangan dua orang adipati, yaitu Adipati Tedjo Bendoro (Tuban) dan
Adipati Djati Koesoema (Bojonegoro) Jawa Timur.
Alkisah Adipati asal
Bojonegoro Djati Koesoema kalah perang. Sudah menjadi adat terikat tempo dulu,
yang kalah harus menyerahkan semua kekanyaannya, putra-putrinya dan membayar
ganti rugi. Termasuk putri Adipati Djati Koesoema, Retno Sari, putri cantik ini
diserahkan kepada Adipati Tedjo Bendoro. Sayang, Retno Sari keberatan, dia
melanggar janji dan kesapakatan adat, wanita ini melarikan diri.
Dari kisah pelarian
putri rupawan ini, lahir nama-nama punden, dukuh, desa dan lokasi seperti Tuk
Buntung dan lainnya. Larinya gadis cantik ini membuat Adipati Tedjo Bendoro
murka, dia terpaksa melepas senjata mirip panah kearah sang putri, senjata itu
persis mengenai bagian paha (Jawa, pupu).
Pusaka kecil mirip
panah yang dilepas Adipati Tedjo Bendoro, saat itu dikenal dengan nama
Cempulungi. dan dari senjata ampuh tadi, lantas (mungkin) lahir nama Cepu.
Versi lainnya adalah,
karena senjata tersebut mengenai / menancap (jawa, nancep) di paha (jawa, pupu)
sang Putri, maka sejak itu disebut sebagai CEPU.
Banyak catatan sejarah
yang menuliskan nama Cepu didalamnya. Babad Tanah Jawa juga
menuliskan tentang Cepu. semua ini tak lepas dari sepak terjang Arya
Jipang / Arya Penangsang. Cerita atau babad pelarian Raja Majapahit, Prabu
Brawijaya, juga menyebutkan tentang Cepu. Tapi untuk kebenarannya masih
diperlukan kajian lebih dalam lagi, karena masih ada beberapa kesimpangsiuran
di dalamnya.
Sejarah perminyakan
Indonesia bahkan dunia juga mencatatkan nama Cepu di dalamnya. Hal ini
merupakan suatu kebanggan tersendiri buat masyarakat Cepu.
Pada zaman penjajahan,
Cepu merupakan salah satu kota penting, karena kandungan minyak dan hutan
jatinya. Di Cepu dapat dijumpai beberapa bangunan peninggalan Belanda yang
masih awet hingga masa kini. Salah satu bangunan yang unik adalah, loji
klunthung. Peninggalan lain yaitu Gedung Pertemuan SOS Sasono Suko dan Kuburan
Belanda (Kuburan Londo) yang terletak di desa Wonorejo Kelurahan Cepu.
Stasiun Tjepu
Untuk mendukung
transportasi masa itu, dibangun pula jalur kereta api yang menghubungkan Jawa
Timur – Jawa tengah via Cepu. Di Ngloram, juga bisa ditemui bekas landasan pesawat
terbang peninggalan Belanda.
Di era Pergerakan
Nasional, Cepu menjadi tempat pelarian eks. PKI madiun yang kemudian berhasil
ditumpas oleh Divisi Ronggolawe yang dipimpin oleh GPH Dipokusumo. Nama
Ronggolawe dan Dipokusumo saat ini menjadi ikon kota Cepu. Nama Ronggolawe
diabadikan sebagai nama:
§
Lapangan terbesar di
Cepu: Lapangan Ronggolawe.
§
Sekolah Tinggi
Teknologi Ronggolawe (STTR).
§
Monumen Ronggolawe yang
berupa patung kuda.
Sedangkan GPH
Dipokusumo diabadikan sebagai monumen yang letaknya di dekat gedung SOS Sasono
Suko dekat Kantor Pos.
Pemerintahan
Luas wilayah Cepu
adalah 4897,425 km², terbagi menjadi 17 kelurahan / desa dan berpenduduk 74.526
jiwa. Saat ini kota yang berketinggian 28 meter diatas permukaan laut ini
dipimpin oleh seorang Camat yaitu Bapak Purwadi Setiono, SE.
Kelurahan yang berada
di wilayah Kecamatan Cepu tersebut adalah :
1.
Balun
2.
Cabeyan
3.
Cepu
4.
Gadon
5.
Getas
6.
Jipang
7.
Kapuan
8.
Karangboyo
9.
Kentong
10.
Mernung
11.
Mulyorejo
12.
Ngelo
13.
Nglanjuk
14.
Ngloram
15.
Ngroto
16.
Sumberpitu
17.
Tambakromo
Kebudayaan dan Kesenian
Penduduk Cepu sangat beragam, hal ini tak lepas dari
adanya Industri Minyak yang telah berdiri puluhan bahkan ratusan tahun yang
lalu di Cepu. Namun demikian kesenian daerah masih banyak yang dilestarikan.
Tayub
Tayub merupakan sebuah seni pertunjukan rakyat yang
cukup populer di Kabupaten Blora umumnya dan Cepu pada khususnya. Kesenian
rakyat ini hampir menyebar di seluruh wilayah Kabupaten Blora. Agar kesenian
rakyat ini tetap eksis dan tidak berkonotasi ” negatif ” di masyarakat, maka
pemerintah Kabupaten Blora perlu membuat aturan atau lebih tepatnya tata tertib
yang harus ditaati oleh para penari tayub. Di sisi lain, agar kesenian ini
tetap hidup di tengah masyarakat, maka Pemerintah Kabupaten Blora melalui Dinas
terkait berupaya mengadakan even tahunan di tempat-tempat wisata atau hiburan.
Keberadaan tayub sebagai kesenian rakyat merupakan salah satu peluang yang
cukup potensial sebagai daya dukung bagi obyek wisata tertentu yang ada di
Kabupaten Blora.
Barongan
Merupakan salah satu kesenian rakyat yang sangat
populer di kalangan masyarakat Blora dan Cepu. Alur cerita nya bersumber dari
hikayat panji. Dalam kesenian ini tercermin sifat-sifat kerakyatan seperti
spontanitas, sederhana, keras, kompak yang dilandasi kebenaran. Kesenian
barongan berbentuk tarian kelompok yang terdiri dari tokoh Singo Barong,
Bujangganong, Joko Lodro/Gendruwon. Jaranan/Pasukan Berkuda, serta prajurit.
Dialek
Cepu mempunyai dialek khas yang tidak dimiliki daerah
lain. Ada beberapa kata dan imbuhan yang menjadi ciri khasnya.
§
leh; dalam bahasa indonesia berarti toh, contoh : piye leh iki? artinya bagaimana toh
ini?
§
-em; imbuhan yang dalam bahasa indonesia berarti -mu, contoh : omahem = omahmu = rumahmu
§
sutoh, mboyak; dalam bahasa indonesia berarti masa bodoh
§ -ok, -oh; imbuhan yang
menggantikan huruf -u (khusus
angka), contoh : sicok = siji = satu, sepuloh = sepuluh
0 komentar:
Posting Komentar